Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling merupakan
kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Hal ini bertujuan
untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang
berguna pada saat melakukan penyelaman.
Yang harus diperhatikan dalam kegiatan snorkeling yaitu:
1. Dead Air Space
Pada umumnya snorkel
yang dipakai oleh penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini untuk
menghindari Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang
mengakibatkan udara hanya bergerak di daerah itu saja dan tidak ke
lingkungan bebas. Sehingga jika bertambah panjang snorkel tersebut maka akan bertambah
besar ruang udara yang mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)
Seseorang yang melakukan kegiatan snorkeling atau skin diving
yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih lama,
apabila dipaksakan melebihi kemampuannya maka akan mengakibatkan penyelam mengalami kekurangan
oksigen (anoksia) dimana jaringan tubuh tidak mendapat O2.
3. Shallow Water Blackout
Pingsan di air dangkal.
Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih sehingga
kadar karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh mengalami
hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.
Hiperventilasi adalah
upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada saat melakukan skin diving dengan
bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan oleh skin diver untuk
bertahan napas lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2. Sebenarnya
cara ini berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi
perangsangan untuk bernapas ke permukaan. Perhatikan tabel dibawah ini :
Skin diver yang
melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada
kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2
dalam darah dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam
lagi sehingga melewati batas dimana CO2 telah memberikan peringatan
untuk muncul. Dikarenakan CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan O2
yang digunakan sudah pada titik rendah ½ psi yang pada akhirnya CO2
menumpuk hingga batasnya dan penyelam akan muncul ke permukaan.
Sesampainya di
permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka akibatnya
akan pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia
(kehabisan O2).
Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta pingsan.
Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan buatan melalui mulut ke mulut. Untuk itu bila penyelam
melakukan snorkeling/skin diving, bernapas dalam dua kali sudah cukup
untuk menyelam secara efisien. Jangan melakukan hiperventilasi dan
hindari menahan napas melewati peringatan CO2. Untuk penyelam scuba
jangan melakukan hiperventilasi.
Merupakan barotrauma
yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin
diving. Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari
kedalaman > 100 FSW. Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan
harus diberikan oksigen. Gejala tersebut menurun dalam beberapa hari.
Hal ini terjadi ketika
penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV) berkurang
kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal
melebihi tekanan alveoli, hal ini akan menyebabkan pengeluaran cairan
dan darah membuat penyelam sesak napas. Penyelam normal dengan
TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga tekanan 5 ATA (132
FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan tetapi
beberapa penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa masalah.
Gambaran tentang squeeze paru-paru |
SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan
pada Tubuh
Karena adanya perbedaan
tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam akan
mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi
yaitu penyesuaian tekanan.
Pada tubuh manusia
terdapat rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam akan mengalami
tekanan langsung yang dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga tersebut.
Rongga tersebut yaitu
kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan telinga tengah, sinus,
gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Ketidakseimbangan
tersebut akan menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze,
kerusakan organ, atau minimal menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak
nyaman. Squeeze adalah pengerutan jaringan tubuh akibat dari tidak
dapatnya jaringan tubuh menyamakan tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat
penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi
sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini
mengakibatkan kapiler darah di muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke
dalam kulit (ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut dapat terperangkap karena:
- Serumen (kotoran telinga).
- Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)
- Hood atau penutup kepala.
- Wet suit/dry suit yang menutup telinga.
Hal ini menyebabkan
terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat menyebabkan hal
yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga, pembengkakan, kemerahan
kulit lubang telinga. Pada kasus yang parah dapat terjadi robek gendang
telinga.
Mekanismenya sama dengan
squeeze lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat sumbatan
pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini
disebabkan oleh:
- Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan saluran ke hidung.
- Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
- Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip terdapat pada rongga hidung.
- Lipatan jaringan yang berlebihan.
- Sumbatan oleh lendir yang mengering.
Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze yang
terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi ini diakibatkan karena
tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada penyelam
yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau alergi berat yang
minum obat dekongestan (mengurangi produksi cairan) sesaat sebelum
menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di
kedalaman.
Pencegahan barosinusitis
atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat terkena
infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan
penutupan saluran sinus.
Squeeze Gigi (Barodontalgia)
Nama lainnya yaitu
aerodontalgia. Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang
terperangkap di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan
mengakibatkan terbentuknya tekanan negatif atau positif di dalam ruangan
yang terbatas. Hal ini akan merangsang struktur sensitif gigi
danmengakibatkan rasa sakit. Barodontalgia dapt disebabkan oleh kondisi
sebgai berikut.
- Karies (karang gigi).
- Restorasi gigi (penambalan gigi).
- Luka di daerah mulut.
- Cabut gigi (belum lama).
- Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).
- Terapi pada akar gigi.
Jika terdapat sekumpulan
udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar
gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah dalam,
dan ruangnya akan terisi darah.
Kebalikannya, jika
kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan
volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi
pecah ke arah luar.
Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam setelah terapi/tindakan pada gigi.
Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)
Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para penyelam.
Hal ini terjadi jika
terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga di telinga tengah
yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius dapat disebabkan oleh:- Infeksi saluran napas atas.
- Allergi.
- Rokok.
- Polip.
- Trauma wajah yang dialami sebelumnya.
Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver Valsava dan Frenzel.
- Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup dan lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan rongga faring yang diteruskan ke dalam telinga tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba eustachius yang tertutup. Biasa disebut mengedan.
- Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).
Biasanya penyelam sudah
mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg. Manuver ini
baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan
equalisasi dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400
mmHg (4,3-17,4 feet) maka akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan
robek gendang telinga. Air dingin kemudian masuk ke telinga tengah dan
menyebabkan vertigo.
Gejalanya terjadi sesaat
penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa sakit
dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin
parah sehingga penyelam dapat meneruskan atau menghentikan penyelaman.
Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Barotrauma Telinga Dalam
Merupakan barotrauma
yang sangat serius karena akan menyebabkan ketulian permanen. Barotaruma
ini jarang terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan yang
bermakna antara telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini disebabkan
terlalu kuatnya manuver Valsava atau turun ke dalam terlalu cepat.
Gejalanya utama yaitu
berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa penuh pada
telinga, mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini bisa timbul
segera setelah trauma atau dapat berkembang dalam 1 jam, tergantung
aktivitas penyelam selama dan sesudah penyelaman.
Alternobaric Vertigo
Merupakan barotaruma
yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang disebabkan
karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan
perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya
sebentar dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat penyelam panik,
yang dapat mengakibatkan tenggelam, kerusakan paru, atau emboli udara,
atau trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali. Pencegahannya yaitu:
- Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.
- Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.
- Jangan menyelam sewaktu kepala sakit/pusing.
Bila mengalami hal ini
berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang. Jangan
muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.
Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)
Hal ini sering terjadi
pada penyelam yang masih baru. Karena saluran pencernaan lunak, adanya
gas di dalam usus selama turun ke dalam tidak menyebabkan barotaruma.
Tetapi adanya pengumpulan gas selama di kedalaman akan menyebabkan
barotrauma pada saat naik. Hal yang mengakibatkannya yaitu:
- Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada posisi kepala di bawah yang mengakibatkan udara terdorong ke lambung.
- Mengunyah permen karet selama penyelaman.
- Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum menyelam.
Gejalanya yaitu rasa
penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang angin.
Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan
jantung lemah berkontraksi dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal
ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang
terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang
terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan
negatif terjadi pada area tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah
kapiler kulit pecah dan darah keluar mengisi ruang tekanan negatif.
Kulit berwarna kemerahan. Tidak memerlukan perawatan dan sembuh dalam
beberapa hari/minggu.
Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan
Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent (Pulmonary OverPressurization Syndrome) atau POPS
Pengembangan melewati
batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang menyelam yang
melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di
permukaan yang lebih rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum
Boyle).
Gelembung akibat
pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya tergantung
dari lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya yaitu:
- Mediastinal emphysema
- Subcutaneous emphysema
- Pneumothorax
- Emboli udara
Biasanya penyelam
melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy
positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC
secara cepat.
Hal ini mengingatkan
penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan napas saat
muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai
peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan
paru yang melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal
emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara
paru-paru di dekat jantung dan tenggorokan.
Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada saat makan. Dapat pula pingsan.
Penanganannya yaitu
konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan
rekompressi dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase
penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum
gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di bawah kulit
di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya yaitu sakit
dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan cepat,
udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan ahli.
Pneumothorax
Jarang sekali terjadi,
jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung
udara langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput paru
(pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam kasus yang parah
dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang sangat besar
dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang tinggi.
Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit dada yang berat,
pengembangan dada tidak sama yaitu paru yang terkena agak tertinggal,
dan adanya penekanan ke trakea menjadi tidak lurus. Biasanya terjadi
penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan yaitu sama
dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka udara
yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh
atau dengan pengawasan ahli.
Emboli Udara
Adalah pecahnya dinding
alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran darah, akibatnya
terjadi penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara
langsung dari paru-paru.
Misalnya, jika penyelam
naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4 kali
volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli pecah
bersaamaan dengan pecahnya pembuluh darah. Udara terbawa ke kapiler
paru dan dibawa ke ventrikel kiri, kemudian di pompa kesuluruh tubuh
lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan membentuk sumbatan
sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut
maka akan berakibat kematian.
Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan penglihatan, nyeri dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.
- Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
- Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
- Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi besarnya gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah ke otak.
Pencegahan emboli udara
yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai peralatan scuba
dan tidak menahan napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas secara
terus menerus. Napas harus dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari
permukaan.
2. Efek Tidak Langsung Tekanan
Oxygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen merupakan gas
yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang dihirup adalah 1/5
dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang dihirup terdiri
dari O2 20 % maka oksigen yang terpakai oleh tubuh adalah hanya 4 % nya
sedangkan 16 % dihembuskan.
Meskipun dibutuhkan oleh
tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan keracunan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi pada penyelaman
meningkatkan tekanan parsial oksigen.
Pada kedalaman 40 m (5
ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA atau O2 100 %
seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang tinggi
menyebabkan terlalu cepatnya proses metabolisme, merusak protein tubuh
dan syaraf. Hal dapat terjadi pada penyelam yang menggunakan Nitrox.
Manifestasi gejala pada
pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada sistem saraf
pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan
penglihatan, mual, banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di air
maka berakibat fatal.
Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2 murni.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan bagian
terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan nitrogen
merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak bercampur dalam
darah.
Nitrogen melarutkan
oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk bernapas.
Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka dengan
inilah alasan utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke permukaan
harus perlahan.
Sesuai dengan hukum
Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam. Nitrogen
memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang meningkatkan
kepercayaan diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian situasi sehingga
menyebabkan teknik menyelam kacau yang bisa fatal bagi penyelam.
Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi setelah kedalaman 100
feet semua penyelam akan mengalami keracunan.
Pada penyelam scuba,
gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia, perasaan gamang, dan
kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin dalam. Pada kedalaman
100 FSW, penyelam semakin keracunan, dengan gejala berkurangnya
penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan reflek yang menurun. Pada
kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi lihat dan dengar dan
pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada kedalaman 400 FSW. Hal
ini sering disamakan dengan minum Martini (minuman alkohol).
Oleh
karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh menyelam
lebih dari 100 FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam gunakan Heliox.
Jika
terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan
dan istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang.
Hindari menyelam terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri dan pelajari
gejala-gejala tersebut.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan
gas buang tubuh manusia. Jika menyelam dengan menahan napas (skin
diving) maka kadar CO2 di tubuh akan menumpuk. Bila penumpukan tersebut
mencapai kadar 4 % maka penyelam harus menghembuskan napas. Bila
penyelam skin menahan napas dapat keracunan CO2 (hiperkapnea).
Pada
penyelam scuba hal ini dapat terjadi, misalnya karena malfungsi
regulator. Pada penyelam closed circuit , kegagalan absorpsi CO2 oleh
absorber dapat menyebabkan keracunan. Pada
permukaan konsentrasi dengan CO2 5-6 % mengakibatkan sesak napas, napas
cepat, dan pusing. Pada kadar 10 %, tekanan darah turun menyebabkan
pingsan. Bila kadar 12-14 % terjadi depresi pernapasan dan saraf pusat
yang mengakibatkan kematian. Keracunan CO2 kerentanan terhadap narkosis
nitrogen, keracunan oksigen dan penyakit dekompresi karena menyebabkan
pelebaran pori pembuluh darah.
Gejalanya yaitu konsentrasi berkurang, kontrol otot menurun dan fungsi motorik terganggu serta kelelahan lalu pingsan.
Penanganan
dengan cara memberikan udara yang segar, dan bila ada O2 murni. Untuk
menghindari bernapaslah secara wajar, hindari suplai udara yang tidak
bersih serta peralatan yang tidak baik.
Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)
Berbeda dengan emboli
udara, Decompression sickness terjadi dimana terbentuknya gelembung
udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya alveoli paru.
Gejalanya
lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah
yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.
Pencegahannnya:
Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan penyelam
komersil seluruh dunia telah membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi.
Oleh karena itu setiap penyelam harus bisa membac tabel selam. Yang
dipakai umumnya adalah U.S. Navy Standard Air Decompression Tables.
Sumber :
USN Diving Manual 6th edition. Revised 2008
NOAA Diving Manual. Diving For Science and Technology
Pengetahuan Akademis Penyelaman SCUBA Diver. POSSI Jawa Tengah.
Wilderness Medicine. Paul S Auerbach. 2002.Drowning and Resuscitation. American Heart Association. 2005.
Scubadoc.com
Keren Nih, informatif!
ReplyDeleteThanks artikelnya.. Berguna n membantu
ReplyDeleteMengapa Setiap kali saya melakukan freedive atau snorkling selalu mengeluarkan lendir bercampur darah, apakah ini berbahaya bagi kesehatan tubuh saya
ReplyDeleteI think this is an informative post and it is very useful and knowledgeable. therefore. I would like to thank you for the efforts you have made in writing this article.
ReplyDeletefreediving panglao